AKTIVIS .co.id – Anak yang mengalami keterlambatan bicara sering disebut juga dengan istilah speech retardation. Faktanya, kondisi ini merupakan keterlambatan perkembangan yang paling umum terjadi pada anak. Keterlambatan bicara pada anak biasanya hanya bersifat sementara.
Namun, pada beberapa kasus, kondisi ini dapat menjadi tanda adanya gangguan pendengaran atau perkembangan pada anak. Gangguan bicara pada anak dapat berupa ucapan yang tidak jelas hingga kesulitan mengekspresikan apa yang mereka butuhkan.
Keterlambatan bicara terjadi ketika anak belum mencapai kemampuan berbahasa, padahal seharusnya ia sudah bisa berbicara sesuai usianya. Simak ulasan lengkapnya di laman siloamhospitals dan berbagai sumber, Selasa (20/6/2023):
Keterlambatan bicara
Ciri-ciri anak yang mengalami keterlambatan bicara dapat dilihat dari perkembangan bicaranya yang lebih lambat dibandingkan dengan anak seusianya.
Dengan kondisi ini, anak mungkin akan mengalami kesulitan untuk memahami orang lain dan mengekspresikan diri. Memang benar bahwa kemampuan bicara setiap anak berbeda-beda.
Namun, ada beberapa parameter yang dapat dijadikan acuan apakah seorang anak mengalami keterlambatan bicara atau tidak, antara lain:
Baca juga:Di Duga Lupa Matikan Kompor, Sebuah Rumah Hangus Terbakar
– 2 tahun: Tidak dapat mengucapkan setidaknya 25 kata atau tidak dapat menyebutkan nama benda dengan benar.
– 2,5 tahun: Tidak dapat menggunakan kalimat dua kata atau kombinasi kata benda atau tidak dapat menyebutkan nama anggota tubuh dengan benar.
– 3 tahun: Tidak dapat menggunakan 200 kata, sulit memahami pembicaraan, tidak dapat menanyakan nama benda atau tidak dapat menyusun kalimat.
– Lebih dari 3 tahun: Tidak dapat menirukan atau mengucapkan kata-kata yang telah dipelajari sebelumnya atau tidak dapat mengucapkan nama lengkapnya dengan benar.
Tahapan perkembangan bicara pada anak
Tahapan perkembangan bicara pada anak dimulai sejak mereka berusia 3 bulan, yaitu
Usia 3 bulan
Bayi berusia 3 bulan berbicara dengan suara yang tidak memiliki arti atau bisa dikatakan bahasa bayi. Pada usia ini, mereka dapat berkomunikasi lebih banyak melalui ekspresi, seperti tersenyum ketika melihat atau mendengar suara ibunya.
Usia 6 bulan
Sejak usia 6 bulan, bayi mulai mengeluarkan suara yang terdengar lebih jelas dalam suku kata, meskipun masih belum memiliki arti. Pada usia ini, bayi biasanya mulai mengeluarkan suara yang oleh orang tua disebut mengoceh.
Pada akhir usia 6 bulan, bayi dapat menggunakan suara-suara ini untuk mengekspresikan rasa senang atau tidak senang, dan bukan hanya menangis.
Penting untuk dicatat bahwa bayi pada usia ini dapat melihat ke arah suara, memperhatikan musik, dan menoleh ketika namanya dipanggil.
Usia 12 bulan
Bayi umumnya dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti ‘mami’ dan menirukan kata-kata yang mereka dengar. Pada usia satu tahun, mereka juga dapat mulai memahami beberapa perintah.
Usia 18 bulan
Pada usia ini, bayi biasanya dapat mengucapkan sekitar 10 hingga 20 kata dasar. Namun, wajar jika pengucapan beberapa kata masih belum jelas.
Pada usia 18 bulan, bayi umumnya sudah mengenali nama orang, benda, dan beberapa bagian tubuh. Mereka juga dapat mengikuti instruksi sederhana dengan gerakan.
Usia 24 bulan
Bayi berusia 2 tahun biasanya dapat mengucapkan setidaknya 50 kata dan berkomunikasi menggunakan 2 kosakata. Mereka juga berbicara lebih lancar dan mulai memahami pertanyaan-pertanyaan sederhana.
3-5 tahun
Kosakata anak usia 3-5 tahun meningkat dengan cepat. Pada usia 3 tahun, sebagian besar anak dapat menguasai sekitar 300 kata baru. Mereka juga dapat memahami tugas yang lebih panjang.
Pada usia 4 tahun, sebagian besar anak dapat berbicara dengan kalimat yang lebih panjang dan menjelaskan peristiwa. Pada usia 5 tahun, mereka dapat melakukan percakapan dengan orang lain.
Penyebab keterlambatan bicara
Penyebab keterlambatan bicara tidak diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa kondisi yang diduga mempengaruhi perkembangan keterlambatan bicara pada anak.
1. Kondisi medis dalam kandungan
Beberapa kondisi medis pada bayi yang dapat menyebabkan keterlambatan bicara antara lain sebagai berikut:
BBLR (berat badan lahir rendah)
Kelahiran prematur
Bayi kuning
Infeksi TORCH dalam kandungan yang dapat menyebabkan masalah pendengaran pada bayi dan menyebabkan keterlambatan bicara.
Kekurangan oksigen saat lahir (asfiksia).
Hipotiroidisme kongenital yang tidak terdiagnosis cukup dini untuk diobati.
2. Riwayat kejang, trauma kepala, dan ensefalitis
Riwayat kejang, ensefalitis, dan trauma kepala yang panjang pada bulan-bulan pertama kehidupan dapat meningkatkan risiko keterlambatan bicara.
3. Masalah pendengaran
Salah satu penyebab utama keterlambatan bicara adalah masalah pendengaran. Gangguan pendengaran berarti anak hanya dapat mendengar pada volume tertentu. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh infeksi telinga atau bawaan lahir.
4. Berkurangnya fungsi oromotor dan struktur mulut
Keterlambatan bicara adalah kondisi yang dapat disebabkan oleh masalah pada bagian otak yang mengontrol gerakan dan koordinasi bibir, lidah, dan rahang untuk mengeluarkan suara. Kondisi ini sering kali juga memengaruhi cara anak makan.
Selain itu, masalah struktural pada mulut, seperti bibir sumbing, juga dapat mengganggu pergerakan lidah untuk menghasilkan suara.
5. Autisme
Sebagian besar anak dengan autisme memiliki masalah dengan perkembangan bahasa dan sosial. Namun, keterlambatan bicara karena autisme lebih sulit untuk diketahui karena anak mungkin masih bisa merangkak, berdiri, dan duduk pada usia perkembangan normal.
6. Riwayat keluarga
Keterlambatan bicara adalah kondisi yang juga bisa menurun dalam keluarga. Jika ada riwayat keluarga yang memiliki masalah bahasa, seperti gagap, disleksia
Cara Mengatasi Speech Delay
Speech Delay tentu menjadi hal yang penting untuk diketahui oleh semua orang tua. Tujuanya agar para orang tua bisa mencegahnya. Secara medis, penanganan speech delay bisa dilakukan dengan terapi wicara.
Ini bisa juga dibantu dengan stimulasi dari orang tua untuk meningkatkan kemampuan bicara anak di rumah dengan cara mempraktikannya setiap hari. Caranya seperti:
* Sering mengajak anak berbicara.
* Menanggapi perkataannya.
* Mengajukan pertanyaan kepada anak dan memintanya untuk memilih.
* Membantu anak
memahami nama benda.
* Membacakan cerita untuk anak.
* Membatasi penggunaan gadget pada anak.
Sumber: merdeka