Promosikan Eko Wisata Tembiluk,YSBK Sukses Gelar Presentasi Publik Dan Teater Forum di Kabupaten Tana Tidung

Promosikan Eko Wisata Tembiluk,YSBK Sukses Gelar Presentasi Publik Dan Teater Forum di Kabupaten Tana Tidung

Nasional70 Dilihat

Aktivis.co.id.Kab.Tana Tudung,Kaltara-Yayasan Sejarah dan Budaya Kalimantan Utara (YSBK) menyelenggarakan presentasi publik di Pendopo Djaparudin dengan tema “Merawat Tembiluk: Sebuah Gerakan Kembali ke Alam”. Narasumber acara ini adalah bapak Joko Supriyadi S.T.,M.T. yang memaparkan hasil penelitian terkait Tembiluk di Kabupaten Tana Tidung. Narasumber lainnya adalah Norlela content creator dari Desa Seputuk yang berbagi pengalaman promosi Tembiluk dan Bapak Ignasius Rudi Yungob S.Pd.,M.H. sebagai pemateri tentang Peran Lembaga Adat dalam mewujudkan Eko Wisata Tembiluk di Kabupaten Tana Tidung.

 

Acara ini dihadiri oleh berbagai NGO antara lain INOVASI, SAWIT WATCH, Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) dan Tepian Kolektif. Selain itu turut hadir pengurus lembaga Adat Belusu dari Bebakung dan Sesayap Selor serta pengurus lembaga adat Tidung dari Buong Baru. Adapun perwakilan dari organisasi perangkat daerah adalah Dinas Pariwisata, Pemuda dan Olahraga (DISPARPORA) Kabupaten Tana Tidung, Dinas Komunikasi dan Informasi (DISKOMINFO) Kabupaten Tana Tidung dan Polsek Sesayap.

Acara terselenggara berkat dukungan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan dan Komunitas Tepian Kolektif yang berkolaborasi dengan YSBK melaksanakan penelitian dalam rangkaian program Pekan Kebudayaan Nasional 2024 yang memasuki fase rawat. Pada paparan pertama, Joko menyampaikan hasil penelitian yang menjawab beberapa pertanyaan mendasar mengenai tembiluk, antara lain apa itu tembiluk, kapan, dimana dan bagaimana untuk menemukannya, apa khasiat dan kandungan dari tembiluk, apa saja yang mengancam kehidupan tembiluk, bagaimana cara membudidayakannya, pohon apa saja yang disukai dan berbagai pertanyaan lainnya.

 

Pada paparannya ini Joko menyimpulkan bahwa Tembiluk adalah hewan yang perlu dilestarikan karena tidak saja merupakan kuliner khas lokal tapi juga suatu indikator dari kelestarian alam khususnya ekosistem Sungai. Joko juga mengajukan perlunya diwujudkan Eko Wisata Tembiluk, suatu usulan untuk melestarikannya secara serius melalui suatu program yang melibatkan banyak pihak, antara lain Dinas Lingkungan Hidup yang mengurusi kualitas air, Dinas Pariwisata yang mengurusi teknis pengelolaan wisata, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang mengkaji nilai sejarah dan budaya Tembiluk, Dinas Kehutanan yang mengurusi kelestarian hutan, dan berbagai OPD lainnya yang berkaitan.

 

Upaya mewujudkan eko wisata tembiluk ini perlu juga melibatkan berbagai NGO yang bergerak di bidang lingkungan, para akademisi dan tentu saja masyatakat Adat.
Norlela melanjutkan penyampaian materi dengan berbagi pengalaman promosi Tembiluk. Norlela menyampaikan bahwa promosi tembiluk pada awalnya susah diterima karena para penonton kontennya kebanyakan dari luar daerah yang tidak biasa memakan tembiluk. Namun akhirnya banyak orang tertarik dengan konten tersebut dan ingin datang untuk mencari dan memakannya. Banyak orang kemudian datang ke Desa Seputuk untuk bertemu Norlela dan memakan tembiluk, baik dari kalangan umum sampai ke stasiun TV nasional.

 

Norlela juga menceritakan bagaimana ia mendapat berkah dari tembiluk ini berupa pendapatan dari endorse dan brand ambassador yang cukup tinggi dari konten-konten tembiluknya.
Setelah Norlela usai, Bapak Ignasius Rudi Yungob ketua Adat Dayak Belusu provinsi Kaltara memberi materi tentang peran kelembagaan adat dalam mewujudkan eko wisata tembiluk. Beliau juga menyampaikan pohon-pohon apa saja yang disukai tembiluk, seperti pohon telantang dan pohon asam payang dan plaju. Beliau menyampaikan bahwa masyarakat adat akan mendukung upaya tersebut dan perlu pertemuan-pertemuan lanjutan untuk mensukseskannya.

Istimewanya, presentasi publik ini ditampilkan secara apik dengan konsep Teater Forum. Teater Forum adalah teater yang melibatkan penontonnya secara langsung. Pertama pertunjukan teater bercerita tentang sebuah keluarga yang kesulitan mencari tembiluk karena aktivitas meracun sungai. Teater ini dimainkan oleh tim Seludon Yadu Yaki dan Yayasan Sejarah dan Budaya Kaltara, antara lain Amel, Syahrul, Johansyah, Jamlus dan Ella. Kemudian para penonton diminta tanggapannya tentang isu tersebut dan tentang acara secara keseluruhan.

Bapak Sabransyah, pengurus adat Tidung Kabupaten Tana Tidung menyampaikan pengalamannya dalam mencari tembiluk serta berbagai jenis tanaman yang dapat atau tidak dapat dihidupi oleh Tembiluk. Adapun Bapak Yohanes Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) memberikan pandangannya mengenai pentingnya mendorong legalisasi wilayah adat sebagai tindak lanjut dari undang-undang yang mengatur masyarakat adat.

 

Sedangkan Bapak Agus Priyatno manajer INOVASI Kaltara menyampaikan hubung kait antara literasi dengan kegiatan pelestarian sejarah dan budaya serta lingkungan. Kemudian Ibu Christine dari Dinas Pariwisata Kabupaten Tana Tidung memberi informasi mengenai apa yang sudah dicapai Pemkab Tana Tidung di bidang Pariwisata dan persoalan-persoalan teknis yang cukup memberatkan dalam mewujudkan eko wisata di Kabupaten Tana Tidung, antara lain persoalan konsesi korporasi yang cukup luas atas lahan dan hutan di Kabupaten Tana Tidung. Semua penanggap tersebut pada dasarnya mengapresiasi kegiatan ini dan berharap ada tindak lanjut berupa diskusi yang lebih ramai dan serius untuk mendorong terwujudnya Eko Wisata Tembiluk di Kabupaten Tana Tidung.

Acara diakhiri dengan foto bersama dan komitmen bersama para narasumber, NGO, masyarakat adat dan perwakilan Pemda yang hadir untuk mensukseskan upaya yang direncanakan di atas.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *