Jakata, (AKT) – Setelah pembatalan pameran bertajuk “Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan” di Galeri Nasional Indonesia, seniman Yos Suprapto mendapat tawaran pameran dari sejumlah galeri internasional di Belanda, Jerman, Swiss, dan Korea Selatan. Selain itu, beberapa galeri di dalam negeri, seperti di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang, juga menyatakan minat untuk menampilkan karya seniman asal Yogyakarta ini.
Namun, Yos memilih tidak terburu-buru menerima tawaran tersebut. Ia menegaskan pentingnya mempelajari setiap proposal pameran agar peristiwa yang terjadi di Galeri Nasional tidak terulang kembali.
“Saya perlu mempelajari dulu tawaran-tawaran tersebut agar tidak mengulang hal yang serupa,” jelas Yos.
Pembatalan Pameran di Galeri Nasional
Pameran yang seharusnya digelar pada 20 Desember 2024 di Galeri Nasional dibatalkan akibat ketidaksepahaman narasi dan tema antara Yos dan pihak kurator. Kurator meminta agar lima lukisan Yos diturunkan karena dianggap mengandung konten vulgar dan SARA, seperti yang disampaikan oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon.
Yos merasa keberatan dengan permintaan tersebut. Ia menegaskan bahwa karya-karyanya, baik lukisan maupun instalasi, merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Akibatnya, kesepakatan dengan pihak Galeri Nasional gagal tercapai, dan pameran dibatalkan.
“Lukisan-lukisan ini adalah hasil penelitian ilmiah saya tentang tanah di seluruh penjuru Indonesia selama 15 tahun. Karya ini bertujuan menyadarkan masyarakat tentang pentingnya kedaulatan pangan Nusantara,” ungkap Yos.
Dukungan Galeri Internasional dan Lokal
Tawaran pameran dari galeri internasional menjadi angin segar bagi Yos. Dengan reputasi seni yang ia bangun selama bertahun-tahun, peluang untuk menampilkan karya di Belanda, Jerman, Swiss, hingga Korea Selatan menjadi bukti apresiasi dunia terhadap pesan yang ingin ia sampaikan melalui seni.
Tak hanya itu, galeri-galeri lokal di Bandung, Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang juga siap menjadi tuan rumah untuk memamerkan karya Yos. Namun, Yos tetap berhati-hati dalam memilih tempat pameran berikutnya.
“Saya ingin memastikan karya saya ditampilkan di tempat yang memahami misinya. Seni adalah medium untuk menyampaikan pesan, bukan sekadar estetika,” tambahnya.
Pemulihan dan Penjualan Karya
Yos juga mengungkapkan bahwa dirinya akan memprioritaskan pemulihan kesehatan sebelum melanjutkan rencana pameran. Meski pameran di Galeri Nasional batal, tiga lukisan Yos telah berhasil terjual. Ia memastikan bahwa seluruh karyanya telah dikemas dengan baik agar tidak rusak selama proses pengembalian.
“Semua karya saya sudah dipacking dengan rapi untuk memastikan keamanannya,” katanya.
Misi Kedaulatan Pangan Lewat Seni
Yos tetap berkomitmen untuk menyampaikan pesan kedaulatan pangan melalui karyanya. Baginya, seni adalah alat untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan pangan.
“Karya saya punya misi untuk menyadarkan masyarakat di Indonesia bahwa kita sebagai bangsa yang berdaulat seharusnya memiliki kedaulatan pangan,” tegas Yos.
Dengan semangat dan dedikasi yang tak tergoyahkan, Yos Suprapto terus menunjukkan bahwa seni bukan hanya soal keindahan, tetapi juga perjuangan untuk perubahan dan kesadaran kolektif. Pembatalan di Galeri Nasional menjadi pembelajaran, sekaligus titik awal untuk menjangkau audiens yang lebih luas di panggung internasional.