Berau, Kalimantan Timur (Aktivis.co.id) – Kekhawatiran warga Kelurahan Teluk Bayur, khususnya di wilayah RT 24, atas dampak lingkungan dari lubang bekas tambang milik PT Bara Jaya Utama (BJU) akhirnya mendapat tanggapan serius. Setelah berkali-kali merasakan dampak luapan air yang berasal dari area bekas galian tambang, warga melalui ketua RT setempat mengambil inisiatif untuk menuntut pertanggungjawaban dari pihak perusahaan.
Ketua RT 24 Teluk Bayur menyampaikan bahwa pihaknya telah melakukan pemanggilan resmi terhadap perwakilan PT BJU guna membahas persoalan ini secara langsung. Hal itu dilakukan karena banjir yang bersumber dari genangan air di bekas lubang tambang tersebut sebelumnya telah beberapa kali berdampak ke pemukiman warga, khususnya saat curah hujan meningkat. Air melimpas dari lubang tambang dan mengalir ke pekarangan bahkan ke dalam rumah warga, menyebabkan keresahan dan potensi kerugian yang tak sedikit.
“Sudah pernah terjadi, bahkan tidak hanya sekali. Air dari lubang tambang itu bisa meluber sampai ke jalan dan rumah warga kalau hujan deras. Makanya kami langsung bertindak, memanggil perusahaan agar tidak ada lagi kejadian seperti itu,” ujar Ketua RT saat ditemui awak media.
Menindaklanjuti keluhan tersebut, pihak PT BJU tidak tinggal diam. Perwakilan perusahaan yang terdiri dari Humas dan tim engineering langsung melakukan peninjauan lapangan bersama Ketua RT. Dari hasil survei lokasi dan diskusi bersama, disepakati bahwa langkah konkret harus segera dilakukan, yaitu dengan membangun sistem drainase sederhana melalui pemasangan pipa dan pembuatan parit yang mengarah ke saluran air utama agar air hujan tidak lagi tertahan dan meluber ke lingkungan warga.
Langkah ini pun diapresiasi oleh pihak RT dan warga, meski mereka tetap menekankan bahwa solusi yang diambil harus dilakukan dengan sungguh-sungguh dan bukan hanya sebagai tindakan sementara. Pemasangan pipa oleh PT BJU di titik-titik rawan genangan kini sedang berlangsung dan menjadi harapan awal bagi warga untuk terbebas dari risiko banjir akibat lubang tambang terbuka tersebut.
“Ini bagian dari upaya pencegahan. Kami tidak ingin kejadian serupa terus berulang, makanya kami minta PT BJU segera bertindak sebelum curah hujan semakin tinggi. Jangan sampai warga jadi korban lagi hanya karena kelalaian penanganan lingkungan,” tegas Ketua RT.
Ia juga menambahkan bahwa komunikasi dengan perusahaan harus terus dibuka agar warga mendapatkan kepastian tentang tanggung jawab jangka panjang, termasuk soal kewajiban reklamasi lubang tambang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.
Sementara itu, beberapa warga yang sebelumnya melakukan penanganan darurat dengan menggali parit secara swadaya mengaku lega karena kini ada upaya nyata dari pihak perusahaan. Namun, mereka berharap pemerintah daerah dan instansi terkait ikut turun tangan untuk memastikan bahwa tindakan PT BJU bukan sekadar respons sesaat, melainkan bagian dari komitmen penuh terhadap pengelolaan pascatambang yang berkelanjutan dan berkeadilan bagi masyarakat sekitar.
Hingga kini, proses pemasangan pipa dan saluran parit masih berlangsung. Warga berharap pekerjaan itu segera rampung sebelum musim hujan mencapai puncaknya. Di sisi lain, tekanan publik agar perusahaan tambang bertanggung jawab terhadap dampak lingkungannya terus menggema, terutama di wilayah-wilayah yang selama ini menjadi korban dari aktivitas pertambangan yang belum direklamasi secara tuntas.
( Mail )