Oleh : Teguh S.H
(Aktivis.co.id)– Usai melewati masa kampanye yang panjang dan penuh dinamika, para calon legislatif (caleg) terpilih akhirnya resmi dilantik sebagai anggota legislatif periode 2024–2029.
Prosesi pelantikan yang digelar khidmat saat itu bukan sekadar seremonial. Sumpah dan janji yang mereka ucapkan di hadapan rakyat merupakan komitmen moral dan politik yang akan selalu tercatat dalam sejarah demokrasi kita. Janji untuk berlaku jujur, adil, dan mengutamakan kepentingan rakyat di atas kepentingan pribadi maupun golongan bukanlah hal yang remeh.
Masih terngiang di benak publik, momen sakral ketika tangan para legislator menempel di atas kitab suci, mengucap janji dengan penuh haru dan harapan. Saat itu, rakyat menaruh harapan besar. Harapan bahwa suara yang mereka berikan melalui pemilu bukanlah sekadar angka dalam statistik, tetapi sebuah amanah yang akan diperjuangkan.
Waktu terus berjalan. Rakyat kini mengamati dan menanti. Satu per satu janji kampanye yang dahulu gencar disampaikan rakyat pastinya akan menagih. Fungsi pengawasan, legislasi, dan penganggaran yang menjadi tugas utama seorang anggota dewan kini mulai diuji dalam kenyataan
Sebagai pelayan publik, rakyat berpesan kepada wakil rakyat diharapkan tidak hanya hadir saat menjelang pemilu.tentunya wakil rakyat harus aktif mendengarkan aspirasi, menghadirkan solusi, dan membangun komunikasi dua arah dengan masyarakat yang mereka wakili.
Di tengah dinamika politik, masyarakat juga paham bahwa seorang legislator adalah representasi dari partai politik yang mengusungnya. Maka menjaga integritas dan loyalitas terhadap konstituen serta partainya menjadi keseimbangan yang tidak mudah, namun harus dijaga.
Kini sebagian masyarakat mulai bersuara. Mereka menagih janji politik yang terus terngiang di telinga,rakyat tentunya tak inginkan barisan demonstrasi yang digelar di bawah terik matahari didepan gedung legislasi,dengan perkataan , “Kami datang ke sini bukan untuk mendengar janji lagi, tapi menuntut kerja nyata! Kami sudah menunggu lama, tapi janji tak kunjung datang hingga saat ini tak terlihat perubahan.”demikian contoh kutipan orasi dari orator aksi
Contoh ungkapan tersebut tentunya bukan sekadar keluhan, tetapi cerminan kegelisahan kolektif masyarakat yang merasa terabaikan jika para legislatif mengabaikan waktu demi waktu.
Tentunya waktu 5 tahun dari satu periode masa jabatan tak begitu lama, hingga menjadi acuan masyarakat agar para legislatif segera Melakukan terobosan nyata.
Diharapkan mampu menyelesaikan berbagai issue-issue penting pada kesenjangan sosial,kebijakan dan issue lingkungan.
Selaras dengan semangat para legislatif dalam membangun hubungan politik bersama pemerintah untuk mewujudkan progress disektor pembangunan namun diharapkan para legislator mampu memberikan solusi terhadap permasalahan lainnya yang ada di sektor ekonomi,sektor sosial dan budaya,sektor pariwisata,l, sektor pertanian dan perikanan.
Terlepas dari konteks itu,soal integritas tentunya menjadi sebuah ujian di setiap langkah para legislatif yang terus diawasi oleh rakyatnya.
Hingga para pengamat mulai menilai, para kritikus bersiap menguliti, tim sukses menanti harapan, dan rakyat terus menunggu realisasi.
Integritas dan konsistensi menjadi pertaruhan besar dalam masa jabatan ini. Tidak sedikit yang menilai, bukan dari seberapa banyak legislator bicara, tetapi seberapa banyak ia bekerja.
Kini rakyat telah memberikan kepercayaan, saatnya para wakil rakyat membuktikan bahwa mereka memang layak berada di kursi parlemen. Bukan sekadar menjadi penonton kekuasaan, melainkan menjadi aktor utama dalam perjuangan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia,yang lahir dari rakyat, Karena rakyat dan untuk rakyat.***
