Upaya Pelestarian Seni Budaya Melalui Inovasi Moulding Gamelan

Budaya143 Dilihat

Jogja, Aktivis .co.id- Gamelan menjadi alat musik tradisional yang proses pembuatannya membutuhkan waktu cukup lama. Menyiasati hal tersebut, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengembangkan moulding atau cetakan permanen gamelan.

Diketahui, proses pembuatan gamelan selama ini menggunakan dua teknik, yakni tempa dan cor. Penggunaan teknik cor memakan waktu lebih lama, karena perajin harus menyiapkan cetakan pasir setiap kali akan melakukan pengecoran. Sementara cetakan pasir tersebut hanya berlaku untuk satu kali pengecoran.

Baca juga : Bupati Zukri : Pemkab Pelalawan Siapkan Anggaran Rp 15,9 Milyar Untuk Anak Yatim

Disperindag DIY melalui Balai Pengembangan Teknologi Tepat Guna (BPTTG) tengah mengembangkan cetakan gamelan dari bahan yang permanen atau dikenal dengan cetakan tetap atau moulding.

Berawal dari Tantangan Sultan HB X

Kepala BPTTG DIY, Anton Raharja menjelaskan gagasan pembuatan moulding gamelan ini justru bermula dari tantangan yang diberi Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X pada tahun 2016 silam.

Menurut Anton, Sultan ingin industri gamelan bisa dibuat massal namun tetap memiliki standar kualitas. Selain itu, Sultan ingin menarik minat anak muda dalam industri ini untuk melestarikan budaya.

“Tetapi juga tidak mematikan perajin-perajin gamelan, itu harus seperti apa, sehingga teknologi ini maju, terus anak muda tertarik, tapi empu-empu gamelan tetap eksis,” jelas Anton saat ditemui detikJogja di kantornya, Selasa (19/3/2024).

“Gamelan Jogja sekarang empunya juga terbatas, sehingga kalau tidak dibantu teknologi takutnya nanti malah ngambil gamelan dari luar. Karena kalau perajin manual itu biasanya turun-temurun, dari empu ke anaknya, belum tentu anaknya langsung tertarik,” imbuhnya.

Selain membuat moulding, Anton menambahkan, pihaknya juga berencana membuat design moulding agar bisa direplikasi di masing-masing perajin.

“Tidak harus lulus ini lulusan itu, asal tahu prosesnya, ada manual book-nya semua bisa,” jelas Anton.

Proses Pembuatan Moulding

Anton memaparkan, proses pembuatan moulding gamelan ini dimulai tahun 2016 lalu. Mulai dari perencanaan, kajian, hingga eksekusi. Proses-proses tersebut berlangsung hingga tahun 2019.

“Berarti 4 tahun ya, 4 tahun itu membuat moulding-nya. Termasuk diharapkan membuat standarnya moulding seperti apa,” paparnya.

Kemudian di tahun 2020, lanjut Anton, proses selanjutnya moulding yang sudah dibuat dijajal dengan membuat seperangkat gamelan.

“Pencetaknya (moulding) setelah digunakan baru ketahuan ada masalah atau tidak,” ujarnya menambahkan.

Pada 2021, agar uji coba pengembangan moulding ini semakin maksimal. Pihaknya lalu membuat workshop gamelan di BPTTG. Workshop tersebut juga digunakan untuk sarana produksi.

“Harapannya mulai 2023 sudah bisa produksi di sini, tapi karena anggaran juga akhirnya mundur di 2024. Tahun ini kami target membuat satu set,” jelasnya.

Uji Coba Moulding

Penanggung Jawab Workshop Gamelan, Sumantri Sri Nugroho memaparkan proses uji coba pembuatan gamelan menggunakan moulding. Prosesnya pertama yakni peleburan logam menggunakan mesin tanur.

“Bahannya kita menggunakan tembaga dan timah dengan formula tertentu. Untuk nada tinggi itu berapa banding berapa, nada rendah berapa banding berapa,” papar Mantri.

Bahan cair tersebut kemudian dituang dalam moulding. Namun sebelumnya, Mantri menjelaskan, suhu dari moulding lebih dulu disesuaikan dulu dengan suhu bahan logam lebur tersebut.

“Moulding ini karena bahannya logam, tidak diizinkan untuk langsung dituangi bahan lebur tadi, karena nanti akan cepat dingin cepat solid. Takutnya tidak sampai menutup seluruh bagian,” jelas Mantri.

“Sehingga yang kita lakukan adalah memanaskan, suhunya dari suhu normal sekitar 32 (derajat Celcius), kita naikkan menjadi 300 sampai 400 (derajat Celcius). Suhu peleburan itu 1.200 (derajat Celcius), sehingga tidak njeglek,” imbuhnya.

Mantri melanjutkan, setelah dingin dan solid, dilanjutkan ke proses finishing atau pelarasan. Bentuk gamelan dirapikan, dibersihkan, kemudian disesuaikan nada dasarnya.

“Kita menggunakan laptop, menggunakan mikrofon, dan sebagainya menggunakan software juga,” tutupnya.

Dibiayai Danais

Proses moulding gamelan tersebut dibiayai anggaran Dana Keistimewaan (Danais) DIY.

“Iya, sejak 2016 melalui Dais (Danais),” kata Kepala Disperindag DIY Syam Arjayanti, saat dihubungi detikJogja, Kamis (21/3/2024).

Syam pun memaparkan rincian pemakaian Danais yang dikucurkan.

Lebih lanjut, disampaikan pada Tahun 2017 pembuatan moulding Laras Slendro Gender, Peking, Slentem, Demung, Bonang Barong, Bonang Penerus Rp 993.375.000; Tahun 2018 gagal lelang pengadaan moulding gamelan, tahun 2019 pembuatan moulding kempul, kenong, kethuk, gong suwukan, gong besar Rp 2.229.612.500.

Lalu tahun 2020 tidak ada karena pandemi COVID, tahun 2021 pembuatan moulding gamelan pelog dan produksi gamelan slendro 5 set Rp 1.898.985.000.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *