Pekanbaru, Aktivis.co.id – Generasi Muda GRIB Jaya Riau mendeklarasikan perlawanan sengit terhadap pabrik kelapa sawit yang dituding menghancurkan lingkungan. Hutan yang lenyap, sungai tercemar, udara beracun, hingga tanah adat dirampas, menjadi alasan kemarahan warga dan aktivis.
Ketua GM GRIB Jaya Riau, Ramanda Elzi Siregar, S.H., mengecam keras ekspansi industri sawit yang disebutnya sebagai “penjajahan alam”. “Kami tidak akan diam melihat warisan lingkungan dihancurkan demi keuntungan korporasi. Pemerintah harus bertindak tegas!” tegasnya dalam pernyataan resmi pada Kamis (8/5).
Data yang dihimpun GRIB Jaya mengungkap dampak buruk operasi pabrik sawit di Riau, antara lain: deforestasi masif yang memusnahkan keanekaragaman hayati, limbah pabrik yang meracuni sungai, polusi udara dari pembakaran lahan, serta konflik lahan yang merugikan masyarakat adat dan petani.
Aksi perlawanan pun digaungkan. Selain demonstrasi, warga dan aktivis sudah berulangkali menggugat berbagai pelanggaran yang ada, contohnya adalah Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) ke pengadilan dan melancarkan kampanye publik untuk menyoroti kerusakan ekosistem. “Ini bukan cuma soal lingkungan, tapi masa depan anak cucu kami,” ujar Elzi.
GM GRIB Jaya mendesak pemerintah untuk mengawasi kepatuhan pabrik terhadap regulasi lingkungan, mencabut izin operasi pelaku perusakan, memulihkan ekosistem yang rusak, serta melibatkan masyarakat dalam pengelolaan lahan. “Jika dibiarkan, kerusakan ini akan permanen,” tegasnya.
Perlawanan ini mendapat dukungan luas dari organisasi lingkungan dan masyarakat lokal. Mereka menyerukan hashtag #SelamatkanLingkungan dan #HentikanPerusakanAlam sebagai simbol perjuangan. Akankah pemerintah mendengar, atau korporasi tetap jadi raja di tanah Riau?