Wacana Penutupan Stasiun Karet: Langkah Optimalisasi Ekosistem Perkeretaapian

Berita53 Dilihat

Jakarta, (AKTIVIS.CO.ID) – Pemerintah berencana menutup Stasiun Karet, Jakarta Pusat, dalam rangka optimalisasi ekosistem perkeretaapian di ibu kota. Menteri BUMN Erick Thohir mengungkapkan alasan utama penutupan ini adalah jarak stasiun yang terlalu dekat dengan Stasiun BNI City, sehingga dianggap tidak lagi efisien untuk melayani penumpang KRL.

“Kita ingin membangun ekosistem transportasi yang lebih baik. Salah satunya, mungkin Stasiun Karet akan ditutup,” ujar Erick di Stasiun BNI City, Rabu (1/1).

Alasan Penutupan Stasiun Karet

Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI, Rudi As Aturridha, memperkuat pernyataan Erick. Ia menyebut jarak antara Stasiun Karet dan Stasiun BNI City sangat dekat, sehingga penutupan dianggap tidak akan menyulitkan pengguna.

“Penumpang yang biasa turun di Karet cukup berjalan kaki ke Stasiun BNI City. Kita juga sudah buat selasar untuk mempermudah akses,” jelas Rudi.

Meski demikian, PT KAI masih menunggu penerapan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025 sebelum resmi menutup Stasiun ini.

Kereta Bandara

Upaya Optimalisasi Layanan Kereta Bandara

Selain wacana penutupan Stasiun Karet, pemerintah juga mengkaji kebijakan untuk meningkatkan layanan kereta bandara. Salah satunya adalah menambah titik pemberhentian di Stasiun Sudirman.

Kebijakan ini diharapkan meningkatkan jumlah penumpang kereta bandara yang saat ini hanya mencapai 1,5 juta orang per tahun dari total 56 juta penumpang Bandara Soekarno-Hatta. Targetnya, 20 persen atau sekitar 10 juta penumpang akan menggunakan kereta bandara.

“Dengan pemberhentian di Stasiun Sudirman, penumpang dari LRT bisa langsung ke bandara tanpa harus ke BNI City, sehingga jarak tempuhnya lebih efisien,” tambah Rudi.

Inovasi untuk Efisiensi Perjalanan

Pemerintah dan PT KAI juga menargetkan pengurangan waktu perjalanan kereta bandara dari Stasiun BNI City ke Bandara Soekarno-Hatta. Saat ini, waktu tempuh mencapai 50 menit, namun diupayakan menjadi kurang dari 40 menit dengan pengaturan jadwal dan sistem harga dinamis.

“Kami juga memberlakukan dynamic pricing agar lebih terjangkau dan kompetitif,” ujar Rudi.

Respons Masyarakat

Wacana penutupan Stasiun tersebut memunculkan berbagai tanggapan. Beberapa penumpang KRL mendukung langkah ini selama fasilitas penunjang seperti selasar penghubung benar-benar memadai. Namun, sebagian lainnya menyayangkan penutupan stasiun yang dinilai memiliki nilai historis dan strategis.

Dengan berbagai langkah optimalisasi ini, pemerintah berharap ekosistem perkeretaapian di Jakarta semakin efisien dan mendukung mobilitas masyarakat. Penutupan Stasiun Karet akan menjadi bagian dari upaya besar menciptakan transportasi yang lebih terintegrasi dan modern di ibu kota.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *