Daegu, (Aktivis.co.id) – Musibah kebakaran hutan kembali mengguncang Korea Selatan. Senin (28/4/2025), Pemerintah Kota Daegu mengeluarkan perintah evakuasi kepada lebih dari 1.200 warga setelah angin kencang memperparah penyebaran api, memaksa pula penutupan jalan raya utama di daerah tersebut.
Kebakaran Meluas dalam Hitungan Jam
Menurut pernyataan Dinas Kehutanan Korea Selatan, api pertama kali terdeteksi pada siang hari dan dengan cepat melalap sekitar 50 hektare hutan hanya dalam waktu kurang dari dua jam. Kondisi kering dan angin kencang menjadi faktor utama dalam percepatan penyebaran kebakaran ini.
Untuk mengendalikan api, sebanyak 26 helikopter dan 202 personel pemadam kebakaran dikerahkan. Satu bagian penting dari Jalan Raya Gyeongbu juga terpaksa ditutup untuk keselamatan.
Hingga berita ini diturunkan, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan dari kebakaran yang terjadi sekitar 233 km tenggara Seoul tersebut. Namun, pihak berwenang tetap memperingatkan bahwa risiko meluasnya kebakaran masih tinggi.
baca juga
Chairil Anwar: Sang Pelopor yang Mengubah Wajah Sastra Indonesia
Kilas Balik: Musibah Kebakaran Besar Maret 2025
Insiden di Daegu mengingatkan pada bencana serupa yang melanda Korea Selatan dua bulan sebelumnya. Pada Maret 2025, negara itu mencatatkan salah satu kebakaran hutan paling mematikan dalam sejarah, yang menewaskan hampir 30 orang dan membakar kuil-kuil bersejarah.
Saat itu, sekitar 48.000 hektare hutan – hampir 80% dari luas Kota Seoul – hangus dilalap api. Kebakaran besar tersebut melibatkan pengerahan 5.580 personel, 86 helikopter, dan 569 truk pemadam kebakaran. Tragisnya, seorang pilot helikopter gugur saat berusaha memadamkan api.
Bencana itu juga menyebabkan 37 orang luka-luka dan 38.000 warga terpaksa mengungsi dari rumah mereka.
Ancaman Kebakaran Semakin Nyata: Peran Perubahan Iklim
Para ahli memperingatkan bahwa perubahan iklim menjadi penyebab utama di balik meningkatnya intensitas dan frekuensi kebakaran hutan di Korea Selatan. Suhu yang lebih panas dan kekeringan yang berkepanjangan membuat area hutan menjadi lahan subur bagi kebakaran besar.
Kebakaran di Uiseong, misalnya, menunjukkan pola penyebaran api yang tidak biasa dalam skala maupun kecepatannya. Perubahan lanskap akibat pemanasan global kini mengubah hutan kering menjadi bahan bakar yang memicu bencana.
“Perubahan iklim buatan manusia mempercepat kondisi kering musiman, menciptakan risiko kebakaran yang lebih parah, bukan hanya di Korea Selatan, tetapi di seluruh dunia,” ujar seorang ahli iklim dari Seoul National University.
Kesiapsiagaan Menjadi Kunci
Dengan frekuensi bencana alam yang meningkat, Korea Selatan kini menghadapi tantangan berat dalam meningkatkan kesiapsiagaan, memperkuat sistem pemantauan, dan mempercepat respons terhadap kebakaran hutan.
Pihak berwenang mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, mengikuti perintah evakuasi bila diperlukan, dan melaporkan titik api sekecil apa pun demi mencegah bencana yang lebih besar.