(Aktivis.co.id) PEKANBARU,— Dugaan tindak pidana korupsi kembali mencuat dari lingkaran pemerintahan Provinsi Riau. Tim Operasi Senyap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dikabarkan melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi Riau pada Senin (3/11/2025) siang.
Berdasarkan informasi yang dihimpun Aktivis.co.id, operasi mendadak tersebut berlangsung di kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Provinsi Riau di Jalan SM Amin, Panam, Pekanbaru. Sekitar pukul 14.00 WIB, tim penyidik KPK disebut menyergap sejumlah pejabat yang sedang menggelar rapat dan diduga membahas pengumpulan dana setoran proyek.
Sumber internal menyebut, di antara pihak yang diamankan terdapat Kepala UPT Wilayah V berinisial Bas, beberapa kepala bidang, serta sejumlah pejabat PUPR lainnya. “Mereka lagi kumpul, katanya bahas uang. Tidak tahu uang untuk siapa, tapi tim KPK langsung datang,” ungkap sumber yang meminta identitasnya dirahasiakan.
Belum diketahui secara pasti perkara yang menjadi dasar OTT tersebut. Namun dugaan sementara berkaitan dengan praktik pengaturan proyek, setoran fee, dan pengumpulan dana yang berpotensi melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi.
Tak hanya pejabat dinas, Gubernur Riau Abdul Wahid juga dikabarkan ikut diamankan dalam operasi tersebut. Kabar ini dikonfirmasi singkat oleh Wakil Ketua KPK Fitroh Rohcahyanto, yang menjawab tegas ketika dikonfirmasi awak media, “Benar.”
Tim KPK dikabarkan langsung membawa para pejabat yang diamankan ke Jakarta pada malam hari untuk menjalani pemeriksaan intensif di Gedung Merah Putih. Sejumlah dokumen dan barang bukti elektronik juga turut disita dari ruang kerja PUPR.
Abdul Wahid sebelumnya berjanji akan membersihkan Riau dari praktik korupsi. Namun janji itu kini justru menjadi ironi di tengah harapan publik terhadap pemerintahan yang bersih dan transparan.
Jika dugaan ini terbukti, kasus tersebut dapat menjadi babak baru dalam pemberantasan korupsi berjamaah di Riau, provinsi yang seolah tak kunjung sembuh dari penyakit kronis bernama uang pelicin.
Pertanyaan besar kini menggantung di udara. Apakah ini hanya puncak gunung es dari jaringan setoran proyek yang lebih besar, atau awal dari terbongkarnya skema ladang uang di balik proyek pembangunan Riau yang megah di atas lumpur korupsi?
Rakyat Riau kembali disuguhi tontonan lama: korupsi yang berganti wajah, tetapi tidak pernah benar-benar mati***
Penulis: Teguh S.H
Editor. : Vina












