Kematian Helmud Hontong Wakil Bupati Sangihe Kembali Disorot di Tengah Menguatnya Isu Lingkungan

Kematian Helmud Hontong Wakil Bupati Sangihe Kembali Disorot di Tengah Menguatnya Isu Lingkungan

Nasional6 Dilihat

(Aktivis.co.id)Kab.Sangihe,Sulawesi utara– Empat tahun setelah wafatnya Wakil Bupati Kepulauan Sangihe, Helmud Hontong, nama tokoh yang dikenal vokal menolak pertambangan emas itu kembali mencuat di ruang publik.

Misteri di balik kematiannya pada 2021 kembali menjadi perbincangan hangat di media sosial, seiring meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan dan dampak industri ekstraktif.

Kembali menguatnya perhatian publik terhadap Helmud Hontong terjadi di tengah suasana duka nasional akibat berbagai bencana ekologis. Banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Sumatra, menelan ribuan korban dan kerusakan lingkungan, memicu refleksi kolektif mengenai relasi antara eksploitasi sumber daya alam dan keselamatan warga.

 

Dalam konteks ini, sikap perlawanan Helmud terhadap tambang emas di Kepulauan Sangihe kembali dianggap relevan oleh banyak kalangan.
Percakapan warganet dipicu oleh unggahan bernada satir dari akun X @logos_id yang menyebutkan agar publik “tidak mencari pemegang saham PT Tambang Mas Sangihe yang izinnya ditolak oleh wakil bupati ini.”

Unggahan tersebut dengan cepat menyebar luas dan memantik diskusi publik mengenai jejak perjuangan Helmud serta berbagai kejanggalan yang selama ini dipertanyakan.

Helmud Hontong wafat pada 9 Juni 2021. Berdasarkan hasil penyelidikan aparat penegak hukum, kematiannya dinyatakan disebabkan oleh komplikasi penyakit menahun yang dideritanya.

Pihak kepolisian menyatakan tidak menemukan adanya unsur kekerasan maupun indikasi racun dalam tubuh almarhum, sehingga kasus tersebut secara hukum telah dinyatakan selesai.

Namun demikian, keraguan di sebagian masyarakat tidak sepenuhnya hilang. Salah satu alasan utama adalah waktu wafatnya Helmud yang dinilai berdekatan dengan sikap tegasnya menolak rencana pertambangan emas berskala besar di Kepulauan Sangihe.

Penolakan tersebut kala itu menjadikannya sorotan, karena berhadapan langsung dengan kepentingan industri ekstraktif yang dinilai berpotensi merusak lingkungan dan ruang hidup warga.
Wafat di Dalam Kabin Pesawat
Peristiwa wafatnya Helmud Hontong terjadi saat ia berada di dalam pesawat Lion Air rute Denpasar–Makassar.

Sekitar 20 menit setelah pesawat lepas landas, Helmud dilaporkan mengeluhkan pusing berat kepada ajudannya.

Pertolongan awal segera diberikan, termasuk upaya penanganan darurat sederhana. Namun kondisi Helmud terus menurun hingga akhirnya ia kehilangan kesadaran di kursi penumpang pada ketinggian ribuan kaki.

Seorang dokter yang kebetulan berada dalam penerbangan tersebut turut memberikan pertolongan medis, termasuk upaya untuk memacu kerja jantung. Meski demikian, nyawa Helmud tidak dapat diselamatkan.

 

Empat tahun berlalu, nama Helmud Hontong kembali disebut bukan hanya sebagai pejabat daerah yang wafat secara mendadak, tetapi sebagai simbol perlawanan terhadap eksploitasi sumber daya alam.

Di tengah meningkatnya krisis ekologis nasional, kisah dan sikapnya kembali menjadi pengingat bahwa perjuangan menjaga lingkungan kerap berhadapan dengan risiko dan tekanan yang tidak kecil.***

Sumber : Berbagai Sumber
Editor. : Teguh S.H

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *