PEKANBARU, (Aktivis.co.id) – Kabut kemarahan menyelimuti Gerbang Utama PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) Rumbai hari ini. Dipimpin oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) dari tiga kecamatan (Rumbai, Rumbai Timur, dan Rumbai Barat), massa aksi melancarkan protes keras menanggapi data yang menyebut kontribusi Participating Interest (PI) untuk Riau hanya seharga “satu dolar per bulan” sebuah angka yang dianggap sebagai bentuk pelecehan terhadap daerah penghasil minyak terbesar di republik.
Aksi yang sejatinya dikemas sebagai “Aksi Damai” ini berujung pada ancaman terbuka kepada raksasa migas tersebut: Penuhi hak-hak Riau atau hadapi tuntutan untuk meninggalkan ladang minyak Rokan.
“Tidak Proporsional”: 84,5% untuk Pusat, $1 untuk Riau?
Berdasarkan surat tuntutan resmi yang diterima, KNPI menelanjangi ketidakadilan fiskal yang selama ini dialami Riau. Mereka menilai pembagian hasil minyak yang berlaku 84,5% untuk pemerintah pusat dan hanya 15,5% untuk Riau adalah praktik yang sangat “tidak proporsional.”
“Riau menyumbang 30-40% minyak nasional, tetapi kontribusi bersih yang kami dapatkan seolah hanya $1 per bulan. Ini bukan lagi ketidakadilan, ini penghinaan terhadap martabat kami sebagai tuan rumah sumber energi nasional!” ujar seorang orator dari KNPI.
Tuntutan mereka sangat jelas dan tajam, menargetkan perubahan radikal dalam kebijakan korporasi PHR:
1. PI Harus 35%: Mereka mendesak agar PHR segera merevisi Participating Interest dan memberikan hak Riau sebesar 35% dari hasil pengelolaan Blok Rokan. Angka ini didasarkan pada keyakinan bahwa selama ini daerah “tidak pernah mendapatkan keuntungan” yang berarti dari operasi PHR.
2. Akhiri Sistem ‘Arisan’ LBD: KNPI menuntut transparansi total pada program Lingkungan dan Pemberdayaan Daerah (LBD), yang dituding berjalan menggunakan “sistem arisan” di antara perusahaan pemenang tender. Mereka mendesak agar data perusahaan LBD “dibuka untuk umum dan tidak dikunci.”
3. Prioritas Absolut Tenaga Kerja Lokal: PHR dituntut untuk serius dalam membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal yang berdomisili di Riau, mengingat tingginya angka pengangguran di tengah hiruk pikuk Blok Rokan.
Ultimatum Keras: Hengkang dari Riau!
Di bawah koordinator lapangan dari tiga Ketua KNPI (Aditya Permana, Yogi Devfano, dan Gusman Angga Riawan), para pemuda menyuarakan janji untuk terus mengawal isu ini.
“Kami datang bukan untuk meminta-minta, tetapi untuk mengambil hak kami. Jika PHR sebagai operator tidak memiliki kepedulian yang sebanding dengan dampak sosial dan lingkungan yang mereka ciptakan, jika kalian terus menganggap Riau sebagai kolam uang tanpa pertanggungjawaban,” seru orator, suaranya bergetar di depan gerbang PHR. “Maka, laksanakan tuntutan kami. Jika tidak, jangan buang waktu. Angkat kaki dari Riau! Kami akan pastikan Bumi Lancang Kuning ini kembali bermarwah, bukan menjadi tanah yang dizalimi!”
Aksi yang berlangsung di titik vital PHR Gate Rumbai pada pukul 14.00 WIB ini, dengan kekuatan massa sekitar 15 orang, menjadi simbol perlawanan pemuda Riau yang muak dengan ketimpangan hasil alam. Ini adalah sinyal bahwa kesabaran masyarakat di wilayah penghasil minyak telah habis, dan mereka menolak untuk terus menjadi penonton di negeri sendiri. (RR21)











