Berau.Kaltim(Aktivis.co.id)Pesta penutupan Hari Jadi Pulau Balikukup yang seharusnya menjadi puncak kebahagiaan warga berubah menjadi sumber kekecewaan.Minggu (23/11/25)
Sejumlah peserta lomba dan warga menilai Kepala Kampung Balikukup gagal menepati janji terkait nominal hadiah yang sebelumnya disampaikan kepada publik.
Menurut keterangan beberapa warga yang mengaku mendapatkan informasi langsung dari bendahara kegiatan, total anggaran perayaan disebut mencapai sekitar Rp56 juta lebih. Namun realisasi hadiah lomba dinilai tidak sebanding dengan janji Kepala Kampung yang telah disampaikan kepada masyarakat sebelum acara dimulai.
Beberapa hadiah paling disorot adalah hadiah lomba bola voli. Kepala Kampung sempat menyampaikan bahwa hadiah juara satu akan mencapai Rp3 juta.
Namun pada saat pembagian hadiah, pemenang hanya menerima Rp2 juta, sementara juara dua memperoleh Rp1.500. Ketidaksesuaian juga terjadi pada lomba sepak bola yang hanya memberikan Rp3 juta kepada juara satu, jauh dari ekspektasi warga berdasarkan janji lisan sebelumnya.
“Kami hanya ingin kejelasan. Kalau memang dananya ada, kenapa hadiahnya tidak sesuai yang diumumkan. Ini bukan soal jumlah, tapi soal kejujuran dan komitmen pemimpin,” ujar salah satu warga yang enggan disebutkan namanya.
Ironisnya, suasana pembagian hadiah berlangsung tanpa kemeriahan berarti. Beberapa peserta menyebut bahwa penutupan acara terasa tidak terkonsep dengan baik dan tidak mencerminkan perayaan Hari Jadi kampung.
Selain persoalan hadiah, warga juga mengungkapkan keresahan mengenai janji Kepala Kampung untuk menggelar acara besar Open Pesisir pada Hari Jadi Balikukup tahun 2026.
Janji serupa pernah diucapkan pada tahun 2024, namun hingga kini tidak ada realisasi sehingga warga kembali meragukan kesungguhan pemimpin kampung.
Sejumlah warga meminta pemerintah kampung segera memberikan klarifikasi resmi mengenai penggunaan anggaran, termasuk alasan ketidaksesuaian nominal hadiah dengan penyampaian awal. Warga berharap agar janji yang pernah disebutkan dapat dipenuhi sebagai bentuk tanggung jawab moral dan upaya memulihkan kepercayaan masyarakat.
“Kepala kampung harus jelaskan. Kalau ada selisih hadiah dari janji awal, penuhi.sebagai bentuk tanggung jawab, ini justru mencoreng kepercayaan masyarakat,” tegas seorang tokoh masyarakat Balikukup.
Warga menyampaikan bahwa ketidakjelasan pengelolaan anggaran dapat merusak kepercayaan publik terhadap pemimpin kampung. Mereka berharap pemerintah kampung lebih transparan dalam pengambilan keputusan dan penggunaan anggaran agar tidak menimbulkan polemik berkepanjangan.
Hingga berita ini diterbitkan, pemerintah kampung belum memberikan penjelasan resmi terkait ketidaksesuaian hadiah maupun rincian penggunaan anggaran perayaan Hari Jadi Balikukup tahun 2025.
Masyarakat menantikan klarifikasi terbuka agar polemik ini tidak berlanjut dan menjaga keharmonisan di lingkungan kampung.***






