Aisha Hakim, Sang Juara Berkuda, Berprestasi di Belanda Setelah Sukses di PON 2024

Olahraga7 Dilihat

Jakarta, (Aktivis.co.id) – Aisha Hakim, putri sulung pasangan artis Irfan Hakim dan Della Sabrina, kembali menorehkan prestasi gemilang di dunia berkuda. Setelah sukses meraih medali emas di Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024, Aisha melanjutkan kiprahnya dengan meraih juara keempat dalam ajang bergengsi Goubergh Competitie 2025 di Belanda.

Kesempatan Berharga di Negeri Kincir Angin

Perempuan berusia 16 tahun ini awalnya berangkat ke Belanda bersama sang ibu untuk mencari kuda serta menjalani latihan intensif. Tak disangka, ia mendapat tawaran untuk mengikuti kompetisi internasional yang digelar pada 3-4 Januari 2025.

“Waktu ke Belanda memang ada rencana buat latihan di sana, sekalian cari kuda, dan kalau ada lomba ikut juga. Kita di sana selama tiga minggu, aku latihan tiap hari, terus kebetulan ada pertandingan juga,” ungkap Aisha saat ditemui di Jakarta Selatan, Rabu (29/1/2025).

Tanpa ragu, ia menerima tawaran tersebut dan berhasil meraih juara keempat dari 62 peserta dalam kategori Show Jumping 100 cm bersama Borrow Horse-nya.

Perjalanan Menuju Kejayaan di PON Aceh-Sumut 2024

Sebelum berlaga di Belanda, Aisha telah mencatat sejarah dengan meraih medali emas di PON Aceh-Sumut 2024. Namun, perjalanan menuju podium juara tidaklah mudah.

“Aku awalnya cuma target ikut PON saja. Menang pun benar-benar di luar ekspektasi aku. Aku kaget sama hasilnya, nggak nyangka. Tapi pastinya aku bersyukur dan berterima kasih banget sama tim dan rekan atlet aku,” ujar Aisha dengan penuh semangat.

Dalam ajang PON tersebut, Aisha berkompetisi dalam tim bersama dua atlet lain, Aan dan Rifat. Menurutnya, kekompakan dan kerja sama tim menjadi faktor kunci dalam meraih kemenangan.

Tantangan dan Kejutan Sebelum PON

Di balik keberhasilannya di PON, Aisha dan timnya harus menghadapi tantangan yang cukup berat. Sang ibu, Della Sabrina, mengungkapkan bahwa kuda utama yang seharusnya digunakan dalam pertandingan tiba-tiba mengalami masalah kesehatan.

“Kita nggak bisa siapin cuma satu kuda karena ada banyak faktor yang perlu diperhitungkan. Jadi kita siapkan tiga kuda: Sword, Jeedina, dan Himalaya. Menjelang PON, kita evaluasi lagi mana yang paling siap. Tapi qadarullah, Himalaya yang awalnya mau dipakai ternyata sakit. Akhirnya Aisha bertanding dengan Jeedina, dan hasilnya luar biasa, dia bisa membawa pulang emas,” terang Della.

Masa Depan Cerah di Dunia Berkuda

Prestasi Aisha Hakim di PON dan di Belanda membuktikan bahwa ia bukan hanya seorang atlet berbakat, tetapi juga memiliki mental juara. Dengan usianya yang masih muda, banyak pihak yang optimis bahwa ia akan terus bersinar dalam kompetisi berkuda baik di tingkat nasional maupun internasional.

“Kedepannya aku masih mau terus berkembang dan belajar lebih banyak lagi. Semoga bisa terus membawa nama baik Indonesia di dunia berkuda,” pungkas Aisha.

Keberhasilan Aisha menjadi bukti bahwa kerja keras dan dedikasi dalam olahraga bisa membuka peluang besar, bahkan hingga ke level internasional. Semoga kiprahnya terus berlanjut dan membawa inspirasi bagi generasi muda lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *