Jakarta, (Aktivis.co.id)- Perjuangan menjaga kelestarian alam sering kali menjadi pilihan berat. Namun, bagi Rasman dan anggota Kelompok Tani Hutan (KTH) Pabangbon di Desa Malasari, Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor, langkah tersebut adalah panggilan hati.
Berkat dukungan BRI Peduli dan Yayasan BakauMU, KTH Pabangbon mendapatkan pelatihan dan pendampingan untuk mengelola lahan seluas 150 hektar. Melalui program perhutanan sosial, mereka tidak hanya berhasil memulihkan ekosistem hutan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru bagi masyarakat.
Rasman, yang dulu pernah terlibat dalam aktivitas tambang, mengakui bahwa kerusakan lingkungan yang ia lihat menjadi titik balik hidupnya. Ia pun memutuskan untuk meninggalkan dunia tambang dan beralih menjadi petani dengan misi memulihkan hutan yang rusak.
“Kami dulu bagian dari penambangan di hutan. Sekarang kami sadar bahwa hutan di wilayah kami semakin rusak sehingga perlu kembalikan lagi fungsinya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Selasa (19/11).
Dalam setahun terakhir, Rasman tidak hanya bertani, tetapi juga berusaha merangkul warga sekitar untuk bergabung memperbaiki hutan.
Berkat dukungan dari Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengelolaan Perhutanan Sosial dan Peraturan Presiden Nomor 28 Tahun 2023, KTH Pabangbon mendapat hak kelola 150 hektar hutan sosial. Saat ini, 167 anggota telah tergabung dalam kelompok tersebut.
Namun, perjalanan memulihkan hutan bekas tambang bukan tanpa tantangan. Keterbatasan pengetahuan tentang tanaman menjadi hambatan besar bagi KTH Pabangbon.
Di sinilah peran pihak eksternal, seperti BRI Peduli dan Yayasan Bakau Manfaat Universal (BakauMU), menjadi sangat signifikan. Melalui program Menanam-Grow & Green, BRI Peduli dan BakauMU memberikan dampak nyata bagi KTH Pabangbon.
Hutan di Desa Melasari ini merupakan lokasi ke 14 yang sudah dijalankan sejak 2023 lalu melalui program BRI Menanam-Grow & Green. Tidak hanya bantuan berupa bibit dan alat pertanian, mereka juga memberikan pendampingan intensif kepada para petani.
Edukasi tentang teknik menanam yang berkelanjutan, pengelolaan hasil pertanian, hingga pengembangan usaha menjadi bagian penting dari kolaborasi ini.
Ketua Yayasan BakauMU, Muhammad Nasir, menyampaikan penanaman pohon di lahan kritis perlu dilakukan karena dapat mencegah erosi dan longsor, memulihkan kesuburan tanah, meningkatkan penyerapan air, mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim serta meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosial.
“Kami memang memfokuskan terhadap pemulihan lahan kritis. Harapannya bisa membantu memulihkan fungsi dari hutan dan pada akhirnya mengurangi emisi karbon dan mengatasi perubahan iklim serta membantu perekonomian anggota kelompok,” kata dia.
Di sisi lain, Wakil Direktur Utama BRI, Catur Budi Harto, menjelaskan bahwa BRI Menanam-Grow and Green diimplementasikan dalam berbagai aktivitas. Seperti ‘Grow & Green Mangrove’ yang merupakan program penanaman mangrove dan atau cemara laut sebagai upaya restorasi di daerah pesisir Indonesia.
Kemudian, ‘Grow & Green Reforestation’ yang merupakan penanaman pohon di lahan-lahan kritis, yang diutamakan pohon buah atau pohon produktif yang memberikan nilai ekonomis bagi masyarakat sekitar sekaligus pemberdayaan kelompok masyarakat di lokasi penanaman pohon.
Selain itu, ada pula ‘Grow & Green Coral Reef’ yang merupakan kegiatan transplantasi terumbu karang guna meningkatkan tutupan terumbu karang, menjaga ekosistem dan biodiversitas laut.
Selanjutanya adalah ‘Grow & Green Biodiversity’ yang merupakan kegiatan penanaman pohon endemik sekaligus konservasi satwa yang dilindungi sesuai dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI.
Catur menambahkan, program ini adalah bentuk komitmen BRI dalam mendukung pembangunan dan pertumbuhan kinerja berkelanjutan yang berbasis Environment, Social and Governance (ESG).
“Program ini menjadi wadah untuk mewujudkan praktik pembangunan berkelanjutan yang memiliki tujuan untuk melestarikan lingkungan, menyerap karbon, memberdayakan masyarakat dan meningkatan perekonomian,” pungkasnya.
Langkah KTH Pabangbon bersama BRI dan BakauMU menjadi contoh nyata bagaimana pelestarian lingkungan bisa berjalan seiring dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat. Perjalanan ini tidak hanya soal menanam pohon, tetapi juga menumbuhkan harapan bagi masa depan yang lebih hijau.