KULON PROGO (AKTIVIS.CO.ID)–Tumpukan sampah yang mengendap di muara Sungai Progo, tepatnya di Kalurahan Banaran, Kapanewon Galur, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, diubah menjadi karya seni instalasi oleh sekitar 90 seniman perupa. Kegiatan kreatif ini berlangsung pada akhir pekan, 25–26 Januari 2025.
Salah satu karya yang menjadi perhatian adalah sebuah kursi panjang yang terletak di tepi pantai muara sungai. Kursi ini dikelilingi oleh figur-figur yang dibuat dari barang bekas seperti ranting, akar, dan kelapa kering.
“Saya membuat instalasi ini untuk menggambarkan sebuah keluarga kecil yang sedang menikmati senja. Ada ibu, bapak, anak, dan juga hewan peliharaan mereka,” jelas Erwan Sukendar, seorang perupa yang juga bertugas sebagai polisi di Kulon Progo.
Tumpukan sampah di sekitar muara sungai, yang terdiri dari kayu, bambu, dan sampah rumah tangga lainnya, menjadi pemandangan yang kontras. Ketua Kelompok Sadar Wisata Banaran, Edi Yulianto, mengungkapkan bahwa masalah sampah di muara Sungai Progo sudah berlangsung lama dan belum menemukan solusi permanen.
“Sampah dari hulu sungai, seperti dari Temanggung dan Magelang, terus terbawa arus hingga ke sini. Tidak ada yang bisa menghentikan aliran sampah ini,” ujarnya.
Edi juga menyoroti bahwa selama ini penanganan sampah di masyarakat hanya sebatas membuangnya ke tempat sampah, dengan sedikit yang diolah menjadi barang bermanfaat.
Dalam acara bertajuk Daulat Sampah, para seniman berusaha mengubah persepsi masyarakat terhadap sampah. Dengan menjadikan barang bekas sebagai instalasi seni, mereka ingin menunjukkan bahwa sampah pun dapat diolah menjadi sesuatu yang memiliki nilai estetika dan edukasi.
“Saya mengambil konsep dari apa yang ada di sekitar kita dan meresponsnya untuk menciptakan sesuatu yang dapat menginspirasi. Ini adalah bagian dari upaya kami untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pengelolaan sampah,” ujar Jajang R Kawentar, seorang perupa sekaligus kurator acara tersebut.
Aksi seni ini pun mendapat apresiasi dari pengunjung. Salah satunya adalah Tre Umardini, wisatawan dari Balikpapan, Kalimantan Timur, yang kagum dengan kreativitas para seniman. “Ini benar-benar kreatif. Cocok banget untuk dibagikan di media sosial. Seharusnya pemerintah dan pihak swasta juga turut mendukung acara seperti ini,” ungkapnya sambil mendokumentasikan instalasi seni untuk dibagikan di media sosial.
Banaran, yang terletak di pesisir selatan dan berhadapan langsung dengan Samudra Hindia, memiliki potensi pariwisata yang besar. Selain muara sungai, kawasan ini juga dikenal dengan Pantai Trisik dan konservasi penyu. Dengan adanya acara Daulat Sampah, diharapkan kawasan ini semakin menarik perhatian wisatawan, sehingga dapat meningkatkan daya tarik wisata lokal dan mendukung pengembangan ekonomi masyarakat setempat.